Risalah Mujahidin – FPI (Front Pembela Islam) pernah mengeluarkan statemen tentang kategorisasi Syi’ah, yang bagi banyak gerakan Islam terkesan membela sekte Syi’ah. Sehingga perlu dilakukan tabayun sebagai klarifikasi.
Dalam dialog silaturahim dengan Majelis Mujahidin, 11 Juni 2013, Ketua FPI Habib Muhammad Rizieq bin Husain Shihab Asy-Syafi’i, menepis kesan di atas dan mempertegas sikap anti Syi’ahnya. Ia menjelaskan tentang tiga kategorisasi Syi’ah yang kontroversial itu.
Pertama, Syi’ah Ghulat. Yaitu, Syi’ah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib, atau meyakini Al-Qur’an sudah ditahrif (dirubah). Syi’ah golongan ini adalah kafir dan wajib diperangi.
Kedua, Syi’ah Rafidhah, yaitu Syi’ah yang tidak berkeyakinan seperti ghulat, tapi melakukan penistaan secara terbuka, baik lisan maupun tulisan terhadap sahabat Nabi seperti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Umar radhiyallahu ‘anhu, atau terhadap para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Hafshah radhiyallahu ‘anha. Syi’ah golongan ini adalah ahlul bida’ wal ahwa, mereka sesat menyesatkan dan harus diperangi.
Ketiga, Syi’ah Mu’tadilah, yaitu Syi’ah yang tidak menuhankan Ali dan tidak menghalalkan mencaci maki sahabat, seperti yang dilakukan Syi’ah Zaidiyah. Mereka diperangi pemikirannya melalui dialog. Syi’ah golongan ini tidak sesat dan tidak kafir karena hanya mengutamakan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di atas para shahabat Nabi lainnya (Abu Bakar, Umar Ibnul Khattab, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhum ajma’in), dan lebih mengedepankan hadits riwayat ahlul bait daripada perawi hadits lainnya.
Usai memaparkan pandangannya, terjadi dialog antara Amir Majelis Mujahidin Al-Ustadz Muhammad Thalib dan Ketua FPI Habib Rizieq Shihab.
“FPI menyatakan diri sebagai Ahlu Sunnah dan anti Syi’ah, lalu apa maksudnya membuat kategori Syi’ah menjadi tiga bagian?” tanya ustadz Thalib.
Habib Rizieq menjawab: “Pembagian Syi’ah seperti ini bagi ormas FPI sangat diperlukan, supaya FPI jelas dalam menyikapi mana Syi’ah yang harus diperangi seperti Ghulat dan Rafidhah serta mana Syi’ah yang hanya diselesaikan dengan dialog, hujjah bil hujjah, aqwal bil aqwal.”
“Mengapa harus FPI yang menjelaskannya? Bukankah hak orang Syi’ah untuk menyampaikan hal demikian, dan bukan hak FPI?” ustadz Thalib mengkritisi pernyataan Habib Rizieq.
“FPI tidak sendirian yang bersikap demikian dan FPI bukan pemula. FPI tidak mengeneralisir semua Syi’ah kafir. Karena itu kalau kita baca dalam kitab Al-Farqu bainal Firaq yang ditulis oleh Al-Imam Abdul Qahir bin Thahir Al-Baghdadi At-Tamimi Al-Isfirayini, itu jelas sekali beliau membedakannya,” jelas Habib Rizieq.
“Bagaimana Anda meyakinkan publik bahwa sanad ulama yang Anda sebutkan tadi dapat dipercaya, sementara Imam Ahmad, Bukhari dan lainnya mengkafirkan Syi’ah. Karena Syi’ah yang paling moderat sekalipun, mereka lebih mengutamakan Ali daripada sahabat Abu Bakar dan Umar.
Ketika Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu mengetahui ada sekelompok orang yang mengagungkan beliau lebih dari Khalifah Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengumumkan pernyataannya:
لَئِنْ سَمِعْتُ أَحَداً يُفَضِّلُنِيْ عَلَى الشَّيْخَيْنِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا ، لَأُحِدَّنَّهُ حَدَ الْفَرِيَّةَ .
“Sekiranya aku sendiri mendengar seseorang yang mengunggulkan aku daripada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma niscaya aku akan jatuhi hukuman sebagai pemberontak (mati),”[1] jelas Al-Ustadz Muhammad Thalib.
“Intinya FPI bukan Syi’ah dan FPI tetap anti Syi’ah. Syi’ah yang manapun, apakah itu Ghulat, Rafidhah atau Mu’tadilah semua pendapatnya tidak kami terima, hanya kami membedakan mereka di dalam perlakuan bukan untuk dibenarkan. Nah ini yang perlu saya klarifikasi, jadi jangan ada yang menganggap jika FPI membagi Syi’ah menjadi tiga lalu yang ketiga dibenarkan, terus yang ketiga ini dibela oleh FPI. FPI bukan pembela Syi’ah,” tegas Rizieq.
“Apakah FPI tidak khawatir dijadikan bumper (menjadi sasaran pengganti) Syi’ah. Dengan adanya pembagian kelompok Syi’ah Mu’tadilah (moderat) maka para penganut Syi’ah di negeri ini akan mendekat dengan FPI,” Al-Ustadz Muhammad Thalib mengingatkan Ketua FPI Habib Rizieq.
Ketika itu hadir pula Fahmi Salim, peneliti dari MUI yang juga sebagai wakil Sekjen MIUMI menjelaskan, bahwa untuk mengidentifikasi aliran sesat Syi’ah di Indonesia, jangan hanya melihat sikapnya. Tapi bisa dilihat dari buku-buku yang ditulis dalam kitab-kitab mereka.
“Bila kita ingin menukik, siapa sebenarnya kelompok Syi’ah yang ada di Indonesia, kan sudah jelas buku-bukunya Jalaludin Rakhmat, kemudian kitab-kitab yang mereka pakai baik IJABI maupun Ahlul Bait Indonesia (ABI). Itu semua patronasenya Islamic Cultural Center (ICC), Pusat Kebudayaan Syi’ah Jakarta, dan ICC kiblatnya ke Iran. Pakai konsepnya wilayatul faqih, konsepnya Imamah yang mengkafirkan sahabat Nabi Saw. Karenanya semua Syi’ah di Indonesia Rafidhah,” jelasnya.
Wallahu A’lam bis Shawab.
[1]. Dalam kitab At-Tuhfah disebutkan: 80 kali dera. Dan ada yang mengatakan 10 kali. [Mukhtashar Tuhfah Itsna ‘Asyariyah, 1/23]